Rabu, 15 Desember 2010

PEMANFAATAN ICT UNTUK PENDIDIKAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI DAERAH PERBATASAN GREATER MEKONG SUBREGION



Jumlah pengidap HIV/AIDS dewasa (15-24 tahun) dan anak-anak  diakhir 2003      :
' Kamboja                                                       ± 170.000 orang
' Laos                                                              ± 1.700 orang
' Thailand                                                       ± 570.000 orang
' Vietnam                                                        ± 220.000 orang
' Cina dan separuhnya di propinsi Yunan      ± 840.000 orang
Dikalangan remaja, HIV sudah menjadi ancaman besar. Diantaranya factor yang mempengaruhi kerentanan masyarakat akan HIV :

BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER


BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER


Seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), manusia dapat dengan mudah memperoleh ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang beraneka ragam serta dari segala penjuru dunia. Pengembangan kompetensi kognitif tingkat tinggi dab interpersonal skills yang diperlukan menghadapi tuntutan masa depan, bukan saja berkenaan dengan apa yang menjadi perolehan lulusan, tetapi terutama berkenaan dengan bagaimana perolohan itu didapat.
Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS) telah menjadi paradigm belajar saat ini. Untuk mengambangkan sumber daya manusia tidak ada cara yang paling tepat selain belajar, dan belajar. Menurut teori behaviourisme belajar adalah perubahan tingkah laku. Belajar adalah pembuka dari tidak tahu menjadi tahu, dari tiddak paham menjadi paham, dengan katalain terjadi perubahan dalam mental seseorang.

A.    PENGERTIAN BELAJAR BERBASIS ANEKA SUMBER
Belajar berbasis aneka sumber sangat terkait dengan beberapa pengertian dan system pembelajaran. Diantaranya open learning, distance learning, flexible learning, learning resources, resources based, seperti yang dikemukakan oleh Dorell (1993, p.xxi-xxii).
1.      “open learning” (pendidikan terbuka) adalah prinsip belajar terbuka bagi semua orang. Dengan kata lain tidak ada prakualifikasi seperti batas usia, status social-ekonomi, atau harus lulus pada level tertentu.
2.      “distance learning”

TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA


A.   DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
AECT (Association for Educational and Communications and Technology),2004. Teknologi Pendidikan adalah :
Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.(Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.)
Definisi ini mengandung beberapa elemen kunci,yaitu :

·         Studi. Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan melalui penelitian dan refleksi praktek, yang tercakup dalam istilah studi.
·         Etika Praktek. Mengacu kepada standard etika praktis sebagaimana didefinisikan oleh Komite Etika AECT mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan.
·         Fasilitasi. Pergeseran paradigma kearah kepemilikan dan tanggung jawab pembelajar yang lebih besar telah merubah peran teknologi dari pengontrol menjadi pem-fasilitasi.
·         Pembelajaran. Pengertian pembelajaran saat ini sudah berubah dari beberapa puluh tahun yang lalu. Pembelajaran selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan pemahaman.
·         Peningkatan. Peningkatan berkenaan dengan perbaikan produk, yang menyebabkan pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas, yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata.
·         Kinerja. Kinerja berkenaan dengan kesanggupan pembelajar untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya. 

B.  TEKNOLOGI KINERJA
Dalam teknologi kinerja, kami menggunakan definisi TP menurut Association for Educational Communications and Technology atau disingkat AECT 2004, sebagai landasan, karena didalam definisi tersebut menerangkan bahwa “the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.” Ini adalah definisi terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya yaitu untuk:

a) Memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar efektif,   efisien dan menarik
b) Meningkatkan kinerja.

C.  TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
Dalam teknologi pendidikan improving performance atau diterjemahkan sebagai meningkatkan kinerja lebih sering merujuk pada suatu pernyataan mengenai keefektifan; bisa merupakan cara-cara yang diharapkan membawa hasil yang berkualitas, produk yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang efektif, dan perubahan-perubahan kompetensi yang dapat diterapkan di dunia nyata. Makna belajar itu pun menhBelajar merupakan suatu rangkaian proses interpretasi berdasarkan pengalaman yang telah ada, interpretasi tersebut kemudian dicocokan pengalaman-pengalaman baru.

Efektif sering kali berdampak pada efisiensi, yaitu hasil yang dicapai dengan penggunaan waktu, tenaga, dan biaya seminim mungkin. Namun apa yang dimaksud dengan efisien sangatlah tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Efisiensi dalam gerakan pengembangan instruksional sistematis didefinisikan sebagai menolong peserta didik mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang diukur dengan evaluasi terstruktur (tes, ulangan, dsb). Oleh sebab itu proses kegiatan belajar dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sistematis. Pandangan ini berbeda dengan pendekatan cara belajar konstruktivis. Cara pandang konstruktivis menekankan pada posisi peserta didiklah yang menentukan tujuan mereka sendiri dan bagian apa yang hendak dipelajari. Belajar yang benar dan berhasil adalah apabila ilmu pengetahuan dapat dipahami secara mendalam, dialami, dan diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah di dunia nyata, bukan berdasar hasil ujian atau ulangan. Konstruktivisme cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan belajar daripada pentahapan kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar ini merupakan konsteks yang kaya, baik dari landasan pengetahuan, masalah yang otentik, dan perangkat yang digunakan untuk memecahkan masalah. Itulah sebabnya efisiensi tergantung pada apa tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar.
Sementara kata performance atau kinerja merujuk pada dua hal yang saling berkesinambungan:
a) Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut dapat diaplikasikan secara nyata.
b) Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik yang lebih mumpuni. Hasilnya mereka dapat menolong berbagai institusi mencapai tujuan dengan lebih baik.
Itulah mengapa teknologi pendidikan menyatakan dirinya sebagai salah satu bidang yang punya kemampuan untuk meningkatkan produktifitas pada level individu yaitu peserta didik dan tenaga pendidik hingga level organisasi.
Dalam tulisan Molenda dan Pershing makna peningkatan performa atau kinerja dibatasi pada keterlibatan teknologi dalam bidang pendidikan semata. Artinya bahwa teknologi dapat meningkatkan peran pendidikan untuk memperbaiki kinerja dan kualitas manusia.

A. Peningkatan Kinerja Peserta Didik Sebagai Pribadi
Pembelajaran dewasa ini menghadapi dua tantangan. Tantangan pertama, adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang sangat luar biasa. Dalam kerangka pembelajaran individual, teknologi pendidikan sebagai sebuah studi berupaya untuk meningkatan kinerja atau performa peserta didik melalui beberapa cara yaitu:

1.    Memberi pengalaman belajar bernilai lebih dengan difokuskan pada tujuan yang hendak dicapai, bukan sekedar keberhasilan melewati serangkaian test terstruktur.

2. Alih-alih menghafal pelajaran, melalui pemanfaatan teknologi pengalaman-pengalaman belajar yang didapat diharapkan dapat membawa pada tingkat pemahaman yang lebih dalam. Jika proses belajar ini dibuat lebih bernilai dengan mendesainnya sedemikian rupa, maka pengetahuan dan kompetensi yang baru dapat tertransfer lebih baik lagi.


Individual learning atau pembelajaran individual dapat diartikan “the ability of individuals to experience personal growth in their interactions with the world around them.” (www.ask.com). Melalui pembelajaran individual peserta didik langsung mengalami apa yang dipelajarinya, membangun sebuah pemahaman dengan model self-discovery sehingga penghayatan akan makna pelajaran menjadi lebih dalam tertanaman. Ada sebuah pepatah Cina kuno yang mengatakan

“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat;
Apa yang saya lakukan, saya paham.”

Pembelajaran bernilai lebih yang dimaksud oleh teknologi pendidikan adalah bahwa melalui aplikasi teknologi dalam bidang pendidikan:

1. Tujuan pembelajaran yang berfokus pada tes atau ujian yang sifatnya sangat dangkal dapat diubah. Artinya bahwa pembelajaran bagi siswa bukanlah sekedar menggali kemampuan kognitif, apalagi pada tingkat kognitif yang rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tujuan pembelajaran yang sekedar “berhasil dalam ujian” sudah pasti tidak memberikan peningkatan performa pada peserta didik.

2. Pengabaian pendidikan akan adanya multiple intelegensi pada peserta didik dapat dihindari. Menurut Howard Gardner, hakikatnya terdapat 7 tipe intelegensia anak (manusia secara umum), namun di sekolah hanya 2 tipe yang dimasukkan dalam intrakurikuler yaitu kemampuan berbahasa dan logika matematika. Sementara 5 intelegensia yaitu musik, kemampuan spasial, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal hanya merupakan tambahan. Konsekuensinya, output pembelajaran dalam pendidikan formal cenderung diasosiasikan dengan ilmu pengetahuan yang sempit, terbatas, dan pada tingkat yang redah.

3. Pembelajaran dapat merambah pada semua tingkat atau ranah kemampuan peserta didik yang semestinya baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik (taksonomi Bloom). Oleh karenanya salah satu cara yang diusahakan oleh teknologi pendidikan untuk meningkatkan kinerja peserta didik adalah melalui praktek-praktek design pembelajaran (pendekatan ID sistematis - Morrison)a ang mengarahkan perencana pembelajaran berpikir tentang berbagai outcome pembelajaran dan mengklarifikasi pada level apa tipe pembelajaran yang diharapkan. Jika saja keadaan ini tercipta maka peserta didik lebih dapat menikmati pengalaman aktifitas-aktifitas belajar dan metode penilaian yang sesuai dengan kebutuhan belajar, bukan sekedar ujian yang terstandarisasikan.

4. Kedalaman pembelajaran lebih mungkin dicapai. Hal ini untuk mengatasi apa yang sering terjadi dalam proses belajar yaitu belajar untuk menghafal. Weigel mengemukakan istilah pembelajaran di permukaan (surface learning) dan pembelajaran mendalam (deep learning) untuk memberikan perbedaan tujuan yang menyolok. Surface learning diwakilkan oleh kebiasaan penghafalan fakta, memperlakukan materi sebagai bagian-bagian informasi yang tidak berkaitan, dan melakukan prosedur rutin tanpa berpikir. Sebaliknya tujuan deep learning adalah mendorong peserta didik mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan yang sudah didapat, mencari pola-pola utama, mempelajari pernyataan-pernyataan yang ada secara kritis, dan merefleksikannya dengan pemahaman mereka sendiri. Deep learning dapat terjadi dalam komunitas pembelajar yang berorientasi pada penyelidikan (inquiry-oriented). Komunitas ini bisa tercipta melalui aplikasi teknologi informasi dengan memanfaatkan web berbasis jaringan kerja seperti blog.

5. Terjadi transfer pembelajaran dalam dunia pendidikan formal. Diakui bahwa teknologi dapat membantu siswa memiliki kemampuan yang tinggi, sekaligus menerapkan pengetahuan baru di luar ruang kelas. Artinya bahwa dengan teknologi transfer ilmu pengetahuan tidak terbatas semata dalam ruang kelas melalui design pembelajaran (disebut sebagai soft technology) yang disusun pengajar, namun juga melalui hard technology yaitu penciptaan dan pemanfaatan lingkungan dimana pembelajar dapat mempraktekan pengetahuan dan kemampuannya dalam dunia nyata.

Teknologi pendidikan tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik di sekolah maupun di tempat kerja dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknologi teknologi lunak seperti desain pembelajaran (ID) dan hard-tech, juga penciptaan dan pemanfaatan lingkungan di mana peserta didik dapat mempraktekkan dan mengaplikasi ilmu pengetahuan yang didapat dalam dunia nyata.


B. Peningkatan Kinerja Guru dan Para Perancang Pembelajaran

Aplikasi teknologi dalam bidang pendidikan dapat menolong para tenaga pengajar menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan bernilai manusiawi. Teknologi pendidikan bagi pengajar memiliki manfaat luar biasa terutama dalam meminimalisir waktu pembelajaran dan meningkatkan efektifitas yang pada akhirnya dapat menambah produktifitas tenaga pengajar.

Beberapa langkah yang bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dan perancang desain pembelajaran adalah seperti penjelasan singkat berikut ini.
1. Mengurangi waktu pembelajaran.

TP memberikan wawasan untuk membantu para guru dan para desainer(trainer) mengurang waktu yang tidak efisien dalam pembelajaran melalui prosedur prosedur khusus dalam analisa kebutuhan dan analisa pembelajaran Melalui prosedur ini mengetahui apa yang menjadi tujuan pasti Dari tujuan pasti dari proses pembelajaran (penyampaian materi) dngan tujuan itu lah proyek pembelajarn di mulai. Konsekuensinya guru dan para desainer mengurangi waktu pembelajaan yang tidak efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Menciptakan pembelajaran yang lebih menguntungkan dari segi biaya.

Desain pembelajaran yang sistemasis menolong para perencana pembelajaran mencapai hasil yang luar biasa menguntungkan.

3. Menciptakan pembelajan yang ramah. pembelajaran lebih menarik.

Yang dimaksut dengan menarik disini sangat variasi tergantung kasus per kasus, tetapi secara umum pembelajaran yang menarik memiliki beberapa pengertian:

A.   Menantang, memberikan ekspetasi yang tinggi.
B.   Memiliki kesesuaian dengan pengalaman peserta didik di masa lalu dan dimasa yang akan datang.
C.   Ada unsur humor dan permainan dalam pembelajaran.
D.   Mempertahankan perhatian siswa melalui hal-hal yang baru.
E.   Terlibat secara intelektual dan emosional.
F.    Menggunakan berbagai bentuk penyajian.

Teknologi Pendidikan (TP) mempunyai sejarah panjang yang sangat menarik. Banyak inovasi-inovasi pembelajaran yang diinspirasi dari teroi kognitifisme, konstruktifisme, seperti problem base lerning yang didisaen untuk meningkatkan peserta belajar yang disampaikan oleh pengajar.

4. Menghormati nilai-nilai kemanusiaan.
Banyak inovasi didalam Teknologi Pendidikan (TP) yang berfokuskan dalam nilai-nilai kemanusiaan. Artinya murid adalah orang yang tidak dijejali ilmu saja atau dengan kata lain adalah memanusiakan murid. Hal ini sesuai dengan bentuk inovasi yang dibuat dengan melihat murid dari segi behaviourisme. Secara singkat dapat di samapikan bahwa hasil inovasi Teknologi Pendidikan (TP) menempatkan peserta didik sebagai pemegang control dalam proses pembelajaran.

C. Peningkatan Kinerja Organisasi
Pada awalnya teknologi diadopsi oleh organisasi adalah untuk meningkatkan produktifitas organisasi, terutama untuk memangkas biaya dan meningkatkan hasil. Itulah yang menjadi tujuan pemanfaatan teknologi di dunia bisnis dan industri. Namun tujuan ekonomis seperti ini boleh dikata kurang populer di organisasi atau lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi. Oleh sebab itu perlu dikaji lebih dalam lagi beberapa kemungkinan peran teknologi dalam meningkatkan produktifitas di organisasi pendidikan.
1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
Efisiensi adalah doing things right (dengan benar) dan efektifitas adalah doing the right things (yang benar). Dalam dunia pendidikan kata efisiensi bisa dipandang sebagai rancangan, pengembangan, dan melakukan pembelajaran dnegan cara memanfaatkan sumber-sumber sekecil mungkin untuk mencapai hasil yang, paling tidak, sama atau lebih baik. Sementara kata efektifitas berarti melakukan perbuatan yang memang benar-benar bisa menolong peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yaitu menguasai pengetahuan, punya keahlian, dan terjadi perubahan sikap. Kita membutuhkan keduanya. Pembelajaran yang efisien menjadi kehilangan makna jika tidak bisa mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar yang diinginkan tetapi boros penggunaan biaya, tidak tepat waktu, atau tidak punya dampak menghasilkan lulusan yang tepat guna sama dengan pembelajaran yang tidak produktif.



2. Sebuah perspektif sistem bagi kinerja organisasi
Dalam pendidikan kalimat “hasil yang diinginkan” bisa bermakna berbeda sesuai dengan persepsi masing-masing orang. Oleh sebab itu perlu sebuah pengukuran what goals are worth pursuing and what indicators should be used to measure progress toward those goals” (hal.65). Banyak perdebatan yang dilakukan oleh ilmuwan pendidikan apakah memang ukuran keberhasilan yang dipakai oleh organisasi-organisasi bisnis dan industri (ekonomi) bisa dengan begitu saja diterapkan dalam organisasi pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, pendekatan atau cara pandang sistem, secara total dan menyeluruh dapat membantu organisisi atau institusi pendidikan mendefinisikan dan mencapai tujuan yang berharga (output) dengan proses pembelajaran yang seefisien dan seefektif mungkin.
Esensi dari pendekatan sistem adalah melangkah ke belakang dan mencatat faktor apa saja yang terjadi di sekitar dan mempengaruhi kejadian-kejadian dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan melihat kondisi pembelajaran di kelas maka dapat diperoleh pemahaman lingkungan apa yang seharusnya diciptakan untuk mendukung strategi pembelajaran yang lebih berdampak.
Organisasi dapat meningkatkan produktifitas komponen yang ada di dalamnya, terutama faktor SDM nya dengan menolong mereka memperoleh pengetahuan yang baru, keahlian baru, dan menciptakan sikap baru yang lebih positif. Namun ada usaha lain yang lebih mendalam yaitu dengan mengubah kondisi-kondisi di dalam organisasi sehingga orang lebih dapat memiliki performa kerja lebih baik lagi untuk mencapai tujuan organisasi, dengan atau tanpa pembelajaran tambahan. Usaha perbaikan kinerja yang sifatnya noninstructional intervention seperti mencipatkan kondisi kerja yang lebih baik, alat kerja yang lebih memadai, dan memotivasi pekerja menjadi lebih giat dilabelkan sebagai HPT atau human performance improvement atau Teknologi Kinerja Manusia. Keseluruhan intervensi yang bersifat instruksional dan noninstruksional dalam organisasi merupakan usaha untuk mengembangkan atau meningkatkan kinerja organisasi.
3. HPT
HPT atau Teknologi Kinerja Manusia menurut Pershing adalah “the study and ethical practice of improving productivity in organizations by designing and developing effective interventions that are result-oriented, comprehensive, and systemic.” HPT merupakan seperangkat metode, prosedur, dan strategi untuk memecahkan masalah dalam kerangka organisasi. Sesuai dengan namanya maka HPT bersentuhan langsung dengan potensi manusia sebagai sumber daya kerja dalam organisasi. Penanganan performa SDM dengan baik akan dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Bagaimana departemen Human Resource atau Personalia mengelola karyawan untuk meningkatkan efektifitas kerja mereka adalah bidang yang ditangani oleh HPT. Intinya HPT mengkaji tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja orang dalam suatu organisasi melalui pendekatan yang sistematis, sistematis dan ilmiah. Para teknolog kinerja tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai suatu solusi dalam memecahkan masalah.

 Menurut Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. Dalam Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, (terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Teknolog kinerja akan cenderung memperhatikan peningkatan insentif, desain pekerjaan, pemilihan personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi. Hal ini mencakup empat proses yaitu analisa, desain, pengembangan, dan produksi. Menurut teknologi kinerja yang pada akhirnya menolong kita melihat posisi teknologi pendidikan dalam HPT secara menyeluruh adalah bahwa pendidikan merupakan satu dari berbagai intervensi yang mungkin diterapkan dalam meningkatkan kinerja di tempat kerja.

TEKNOLOGI KINERJA

MENINGKATKAN KINERJA

Menurut Association for Educational Communications and Technology atau disingkat AECT (2004), Teknologi Pendidikan (TP) didefinisikan sebagai “the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.” Ini adalah definisi terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya yaitu untuk:

a) Memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien dan menarik; dan

b) Meningkatkan kinerja.

Dalam teknologi pendidikan improving performance atau diterjemahkan sebagai meningkatkan kinerja lebih sering merujuk pada suatu pernyataan mengenai keefektifan; bisa merupakan cara-cara yang diharapkan membawa hasil yang berkualitas, produk yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang efektif, dan perubahan-perubahan kompetensi yang dapat diterapkan di dunia nyata. Makna belajar itu pun menhBelajar merupakan suatu rangkaian proses interpretasi berdasarkan pengalaman yang telah ada, interpretasi tersebut kemudian dicocokan pengalaman-pengalaman baru.

Efektif sering kali berdampak pada efisiensi, yaitu hasil yang dicapai dengan penggunaan waktu, tenaga, dan biaya seminim mungkin. Namun apa yang dimaksud dengan efisien sangatlah tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Efisiensi dalam gerakan pengembangan instruksional sistematis didefinisikan sebagai menolong peserta didik mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang diukur dengan evaluasi terstruktur (tes, ulangan, dsb). Oleh sebab itu proses kegiatan belajar dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sistematis. Pandangan ini berbeda dengan pendekatan cara belajar konstruktivis. Cara pandang konstruktivis menekankan pada posisi peserta didiklah yang menentukan tujuan mereka sendiri dan bagian apa yang hendak dipelajari. Belajar yang benar dan berhasil adalah apabila ilmu pengetahuan dapat dipahami secara mendalam, dialami, dan diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah di dunia nyata, bukan berdasar hasil ujian atau ulangan. Konstruktivisme cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan belajar daripada pentahapan kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar ini merupakan konsteks yang kaya, baik dari landasan pengetahuan, masalah yang otentik, dan perangkat yang digunakan untuk memecahkan masalah. Itulah sebabnya efisiensi tergantung pada apa tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar.

Sementara kata performance atau kinerja merujuk pada dua hal yang saling berkesinambungan:

a) Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya; bukan sekedar mendapat pengetahuan kemudian stagnan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi tersebut dapat diaplikasikan secara nyata.

b) Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik yang lebih mumpuni. Hasilnya mereka dapat menolong berbagai institusi mencapai tujuan dengan lebih baik.

Itulah mengapa teknologi pendidikan menyatakan dirinya sebagai salah satu bidang yang punya kemampuan untuk meningkatkan produktifitas pada level individu yaitu peserta didik dan tenaga pendidik hingga level organisasi.

Dalam tulisan Molenda dan Pershing makna peningkatan performa atau kinerja dibatasi pada keterlibatan teknologi dalam bidang pendidikan semata. Artinya bahwa teknologi dapat meningkatkan peran pendidikan untuk memperbaiki kinerja dan kualitas manusia.

A. Peningkatan Kinerja Peserta Didik Sebagai Pribadi

Pembelajaran dewasa ini menghadapi dua tantangan. Tantangan pertama, adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang sangat luar biasa. Dalam kerangka pembelajaran individual, teknologi pendidikan sebagai sebuah studi berupaya untuk meningkatan kinerja atau performa peserta didik melalui beberapa cara yaitu:

1. Memberi pengalaman belajar bernilai lebih dengan difokuskan pada tujuan yang hendak dicapai, bukan sekedar keberhasilan melewati serangkaian test terstruktur.

2. Alih-alih menghafal pelajaran, melalui pemanfaatan teknologi pengalaman-pengalaman belajar yang didapat diharapkan dapat membawa pada tingkat pemahaman yang lebih dalam. Jika proses belajar ini dibuat lebih bernilai dengan mendesainnya sedemikian rupa, maka pengetahuan dan kompetensi yang baru dapat tertransfer lebih baik lagi.

Individual learning atau pembelajaran individual dapat diartikan “the ability of individuals to experience personal growth in their interactions with the world around them.” (www.ask.com). Melalui pembelajaran individual peserta didik langsung mengalami apa yang dipelajarinya, membangun sebuah pemahaman dengan model self-discovery sehingga penghayatan akan makna pelajaran menjadi lebih dalam tertanaman. Ada sebuah pepatah Cina kuno yang mengatakan

“Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat;
Apa yang saya lakukan, saya paham.”

Pembelajaran bernilai lebih yang dimaksud oleh teknologi pendidikan adalah bahwa melalui aplikasi teknologi dalam bidang pendidikan:

1. Tujuan pembelajaran yang berfokus pada tes atau ujian yang sifatnya sangat dangkal dapat diubah. Artinya bahwa pembelajaran bagi siswa bukanlah sekedar menggali kemampuan kognitif, apalagi pada tingkat kognitif yang rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tujuan pembelajaran yang sekedar “berhasil dalam ujian” sudah pasti tidak memberikan peningkatan performa pada peserta didik.

2. Pengabaian pendidikan akan adanya multiple intelegensi pada peserta didik dapat dihindari. Menurut Howard Gardner, hakikatnya terdapat 7 tipe intelegensia anak (manusia secara umum), namun di sekolah hanya 2 tipe yang dimasukkan dalam intrakurikuler yaitu kemampuan berbahasa dan logika matematika. Sementara 5 intelegensia yaitu musik, kemampuan spasial, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal hanya merupakan tambahan. Konsekuensinya, output pembelajaran dalam pendidikan formal cenderung diasosiasikan dengan ilmu pengetahuan yang sempit, terbatas, dan pada tingkat yang redah.

3. Pembelajaran dapat merambah pada semua tingkat atau ranah kemampuan peserta didik yang semestinya baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik (taksonomi Bloom). Oleh karenanya salah satu cara yang diusahakan oleh teknologi pendidikan untuk meningkatkan kinerja peserta didik adalah melalui praktek-praktek design pembelajaran (pendekatan ID sistematis - Morrison)a ang mengarahkan perencana pembelajaran berpikir tentang berbagai outcome pembelajaran dan mengklarifikasi pada level apa tipe pembelajaran yang diharapkan. Jika saja keadaan ini tercipta maka peserta didik lebih dapat menikmati pengalaman aktifitas-aktifitas belajar dan metode penilaian yang sesuai dengan kebutuhan belajar, bukan sekedar ujian yang terstandarisasikan.

4. Kedalaman pembelajaran lebih mungkin dicapai. Hal ini untuk mengatasi apa yang sering terjadi dalam proses belajar yaitu belajar untuk menghafal. Weigel mengemukakan istilah pembelajaran di permukaan (surface learning) dan pembelajaran mendalam (deep learning) untuk memberikan perbedaan tujuan yang menyolok. Surface learning diwakilkan oleh kebiasaan penghafalan fakta, memperlakukan materi sebagai bagian-bagian informasi yang tidak berkaitan, dan melakukan prosedur rutin tanpa berpikir. Sebaliknya tujuan deep learning adalah mendorong peserta didik mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan yang sudah didapat, mencari pola-pola utama, mempelajari pernyataan-pernyataan yang ada secara kritis, dan merefleksikannya dengan pemahaman mereka sendiri. Deep learning dapat terjadi dalam komunitas pembelajar yang berorientasi pada penyelidikan (inquiry-oriented). Komunitas ini bisa tercipta melalui aplikasi teknologi informasi dengan memanfaatkan web berbasis jaringan kerja seperti blog.

5. Terjadi transfer pembelajaran dalam dunia pendidikan formal. Diakui bahwa teknologi dapat membantu siswa memiliki kemampuan yang tinggi, sekaligus menerapkan pengetahuan baru di luar ruang kelas. Artinya bahwa dengan teknologi transfer ilmu pengetahuan tidak terbatas semata dalam ruang kelas melalui design pembelajaran (disebut sebagai soft technology) yang disusun pengajar, namun juga melalui hard technology yaitu penciptaan dan pemanfaatan lingkungan dimana pembelajar dapat mempraktekan pengetahuan dan kemampuannya dalam dunia nyata.

Teknologi pendidikan tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik di sekolah maupun di tempat kerja dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknologi teknologi lunak seperti desain pembelajaran (ID) dan hard-tech, juga penciptaan dan pemanfaatan lingkungan di mana peserta didik dapat mempraktekkan dan mengaplikasi ilmu pengetahuan yang didapat dalam dunia nyata.

B. Peningkatan Kinerja Guru dan Para Perancang Pembelajaran

Aplikasi teknologi dalam bidang pendidikan dapat menolong para tenaga pengajar menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan bernilai manusiawi. Teknologi pendidikan bagi pengajar memiliki manfaat luar biasa terutama dalam meminimalisir waktu pembelajaran dan meningkatkan efektifitas yang pada akhirnya dapat menambah produktifitas tenaga pengajar.

Beberapa langkah yang bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dan perancang desain pembelajaran adalah seperti penjelasan singkat berikut ini.

1. Mengurangi waktu pembelajaran.

TP memberikan wawasan untuk membantu para guru dan para desainer(trainer) mengurang waktu yang tidak efisien dalam pembelajaran melalui prosedur prosedur khusus dalam analisa kebutuhan dan analisa pembelajaran Melalui prosedur ini mengetahui apa yang menjadi tujuan pasti Dari tujuan pasti dari proses pembelajaran (penyampaian materi) dngan tujuan itu lah proyek pembelajarn di mulai. Konsekuensinya guru dan para desainer mengurangi waktu pembelajaan yang tidak efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Menciptakan pembelajaran yang lebih menguntungkan dari segi biaya.

Desain pembelajaran yang sistemasis menolong para perencana pembelajaran mencapai hasil yang luar biasa menguntungkan.

3. Menciptakan pembelajan yang ramah. pembelajaran lebih menarik.

Yang dimaksut dengan menarik disini sangat variasi tergantung kasus per kasus, tetapi secara umum pembelajaran yang menarik memiliki beberapa pengertian:

a. Menantang, memberikan ekspetasi yang tinggi.

b. Memiliki kesesuaian dengan pengalaman peserta didik di masa lalu dan dimasa yang akan datang.

c. Ada unsur humor dan permainan dalam pembelajaran.

d. Mempertahankan perhatian siswa melalui hal-hal yang baru.

e. Terlibat secara intelektual dan emosional.

f. Menggunakan berbagai bentuk penyajian.

Teknologi Pendidikan (TP) mempunyai sejarah panjang yang sangat menarik. Banyak inovasi-inovasi pembelajaran yang diinspirasi dari teroi kognitifisme, konstruktifisme, seperti problem base lerning yang didisaen untuk meningkatkan peserta belajar yang disampaikan oleh pengajar.

4. Menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Banyak inovasi didalam Teknologi Pendidikan (TP) yang berfokuskan dalam nilai-nilai kemanusiaan. Artinya murid adalah orang yang tidak dijejali ilmu saja atau dengan kata lain adalah memanusiakan murid. Hal ini sesuai dengan bentuk inovasi yang dibuat dengan melihat murid dari segi behaviourisme. Secara singkat dapat di samapikan bahwa hasil inovasi Teknologi Pendidikan (TP) menempatkan peserta didik sebagai pemegang control dalam proses pembelajaran.
C. Peningkatan Kinerja Organisasi

Pada awalnya teknologi diadopsi oleh organisasi adalah untuk meningkatkan produktifitas organisasi, terutama untuk memangkas biaya dan meningkatkan hasil. Itulah yang menjadi tujuan pemanfaatan teknologi di dunia bisnis dan industri. Namun tujuan ekonomis seperti ini boleh dikata kurang populer di organisasi atau lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi. Oleh sebab itu perlu dikaji lebih dalam lagi beberapa kemungkinan peran teknologi dalam meningkatkan produktifitas di organisasi pendidikan.

1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas

Efisiensi adalah doing things right (dengan benar) dan efektifitas adalah doing the right things (yang benar). Dalam dunia pendidikan kata efisiensi bisa dipandang sebagai rancangan, pengembangan, dan melakukan pembelajaran dnegan cara memanfaatkan sumber-sumber sekecil mungkin untuk mencapai hasil yang, paling tidak, sama atau lebih baik. Sementara kata efektifitas berarti melakukan perbuatan yang memang benar-benar bisa menolong peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yaitu menguasai pengetahuan, punya keahlian, dan terjadi perubahan sikap. Kita membutuhkan keduanya. Pembelajaran yang efisien menjadi kehilangan makna jika tidak bisa mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar yang diinginkan tetapi boros penggunaan biaya, tidak tepat waktu, atau tidak punya dampak menghasilkan lulusan yang tepat guna sama dengan pembelajaran yang tidak produktif.

2. Sebuah perspektif sistem bagi kinerja organisasi

Dalam pendidikan kalimat “hasil yang diinginkan” bisa bermakna berbeda sesuai dengan persepsi masing-masing orang. Oleh sebab itu perlu sebuah pengukuran what goals are worth pursuing and what indicators should be used to measure progress toward those goals” (hal.65). Banyak perdebatan yang dilakukan oleh ilmuwan pendidikan apakah memang ukuran keberhasilan yang dipakai oleh organisasi-organisasi bisnis dan industri (ekonomi) bisa dengan begitu saja diterapkan dalam organisasi pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, pendekatan atau cara pandang sistem, secara total dan menyeluruh dapat membantu organisisi atau institusi pendidikan mendefinisikan dan mencapai tujuan yang berharga (output) dengan proses pembelajaran yang seefisien dan seefektif mungkin.

Esensi dari pendekatan sistem adalah melangkah ke belakang dan mencatat faktor apa saja yang terjadi di sekitar dan mempengaruhi kejadian-kejadian dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan melihat kondisi pembelajaran di kelas maka dapat diperoleh pemahaman lingkungan apa yang seharusnya diciptakan untuk mendukung strategi pembelajaran yang lebih berdampak.

Organisasi dapat meningkatkan produktifitas komponen yang ada di dalamnya, terutama faktor SDM nya dengan menolong mereka memperoleh pengetahuan yang baru, keahlian baru, dan menciptakan sikap baru yang lebih positif. Namun ada usaha lain yang lebih mendalam yaitu dengan mengubah kondisi-kondisi di dalam organisasi sehingga orang lebih dapat memiliki performa kerja lebih baik lagi untuk mencapai tujuan organisasi, dengan atau tanpa pembelajaran tambahan. Usaha perbaikan kinerja yang sifatnya noninstructional intervention seperti mencipatkan kondisi kerja yang lebih baik, alat kerja yang lebih memadai, dan memotivasi pekerja menjadi lebih giat dilabelkan sebagai HPT atau human performance improvement atau Teknologi Kinerja Manusia. Keseluruhan intervensi yang bersifat instruksional dan noninstruksional dalam organisasi merupakan usaha untuk mengembangkan atau meningkatkan kinerja organisasi.

3. HPT

HPT atau Teknologi Kinerja Manusia menurut Pershing adalah “the study and ethical practice of improving productivity in organizations by designing and developing effective interventions that are result-oriented, comprehensive, and systemic.” HPT merupakan seperangkat metode, prosedur, dan strategi untuk memecahkan masalah dalam kerangka organisasi. Sesuai dengan namanya maka HPT bersentuhan langsung dengan potensi manusia sebagai sumber daya kerja dalam organisasi. Penanganan performa SDM dengan baik akan dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Bagaimana departemen Human Resource atau Personalia mengelola karyawan untuk meningkatkan efektifitas kerja mereka adalah bidang yang ditangani oleh HPT. Intinya HPT mengkaji tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja orang dalam suatu organisasi melalui pendekatan yang sistematis, sistematis dan ilmiah. Para teknolog kinerja tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai suatu solusi dalam memecahkan masalah. Menurut Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. dalamcTeknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, (terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Teknolog kinerja akan cenderung memperhatikan peningkatan insentif, desain pekerjaan, pemilihan personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi. Hal ini mencakup empat proses yaitu analisa, desain, pengembangan, dan produksi. Menurut teknolog kinerja yang pada akhirnya menolong kita melihat posisi teknologi pendidikan dalam HPT secara menyeluruh adalah bahwa pendidikan merupakan satu dari berbagai intervensi yang mungkin diterapkan dalam meningkatkan kinerja di tempat kerja.

PENGANTAR STATISTIK PERTEMUAN I

Pengatar Statistika pertemuan ke - 1

oleh Hilman Aerhand Okko pada 25 September 2010 jam 19:27
BAGIAN  I  Statistik Deskriptif
  • Statistika
                Ilmu mengumpulkan, menata, menyajikan, menganalisis, dan menginterprestasikan data menjadi informasi untuk membantu pengambilan keputusan yang efektif.
  • Statistik
                Suatu kumpulan angka yang tersusun lebih dari satu angka.
Perkembangan statistika
(a) Jaman Mesir dan Cina untuk menentukan besar pajak
(b) Jaman gereja untuk mencatat kelahiran, kematian, dan pernikahan
(c) Tahun 1937 Tinbergen mengembangkan ekonomi statistik
(d) Hicks mengembangkan matematika ekonomi untuk analisis IS- LM   
(e) Tahun 1950, Bayes mengembangkan Teori Pengambilan Keputusan

Statistika Deskriptif
metode yang berkaitan dengan
pengumpulan, peringkasan ,penyajian
data sehingga memberikan informasi
organisation, summarization and
presentation of data
Statistika Induktif
metode yang berkaitan dengan analisis
data untuk peramalan dan/atau penarikan
kesimpulan
Data Kualitatif
diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu
mis : data hasil wawancara yang dijawab : "YA"
atau "TIDAK"

Data Kuantitatif
dinyatakan dalam besaran numerik (angka)
mis : data pendapatan per kapita, data harga. dll
Data Diskret
Data-data yang
diperoleh dari hasil
menghitung atau
membilang
  1. Jumlah mobil
  2. Jumlah staf
  3. Jumlah TV, dll

Data Kontinu
data-data yang
diperoleh dari
hasil mengukur
  1. Berat badan
  2. Jarak kota
  3. Luas rumah, dll
Data Primer
  1. Wawancara langsung
  2. Wawancara tidak langsung
  3. Pengisian kuisioner




Data Sekunder
Data dari pihak lain:
  1. BPS
  2. Bank Indonesia
  3. World Bank, IMF
  4. FAO dll


DEFINISI TP TAHUN 2004

AECT 2004 ( AECT Definition and Terminologi Committee document #MM4.0 ), Teknologi Pendidikan adalah :

Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.(Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.)

Definisi ini mengandung beberapa elemen kunci,yaitu :

  • Studi. Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan melalui penelitian dan refleksi praktek, yang tercakup dalam istilah studi.
  • Etika Praktek. Mengacu kepada standard etika praktis sebagaimana didefinisikan oleh Komite Etika AECT mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan.
  • Fasilitasi. Pergeseran paradigma kearah kepemilikan dan tanggung jawab pembelajar yang lebih besar telah merubah peran teknologi dari pengontrol menjadi pem-fasilitasi.
  • Pembelajaran. Pengertian pembelajaran saat ini sudah berubah dari beberapa puluh tahun yang lalu. Pembelajaran selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan pemahaman.
  • Peningkatan. Peningkatan berkenaan dengan perbaikan produk, yang menyebabkan pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas, yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata.
  • Kinerja. Kinerja berkenaan dengan kesanggupan pembelajar untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya. 


Berdasarkan definisi AECT 2004 ( AECT Definition and Terminologi Committee document #MM4.0 ), Teknologi Pendidikan adalah :

Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.(Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses  dan sumber daya teknologi.)

Definisi ini mengandung beberapa elemen kunci yaitu :
Studi. Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan melalui penelitian dan refleksi praktek, yang tercakup dalam istilah studi. Etika Praktek. Mengacu kepada standard etika praktis sebagaimana didefinisikan oleh Komite Etika AECT mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan. Fasilitasi. Pergeseran paradigma kearah kepemilikan dan tanggung jawab pembelajar yang lebih besar telah merubah peran teknologi dari pengontrol menjadi pem-fasilitasi. Pembelajaran. Pengertian pembelajaran saat ini sudah berubah dari beberapa puluh tahun yang lalu. Pembelajaran selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan pemahaman. Peningkatan. Peningkatan berkenaan dengan perbaikan produk, yang menyebabkan pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas, yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata. Kinerja. Kinerja berkenaan dengan kesanggupan pembelajar untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya.


Berdasarkan definisi 1994, Teknologi Pembelajaran adalah ; Teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Komponen definisinya adalah : teori dan praktek ; desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian ; proses dan sumber ; untuk keperluan belajar.

Perbedaan antara kedua definisi ini adalah :
Definisi 1994                                                     Definisi 2004
1. Menekankan pada teori dan praktek             Menekankan pada Studi dan etika praktek
2. Pokok kegiatan adalah desain, pengembangan            Penciptaan, pengaturan, dan penggunaan
    pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian
3. Tujuan untuk keperluan belajar              Tujuan memfasilitasi pembelajaran
4. Utilisasi proses & sumber belajar               Utilisasi proses & sumber daya teknologi

Untuk poin 1, definisi 2004 sudah lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika praktek. Poin 2, definisi 2004 memiliki kekurangan karena tidak mencakup untuk penilaian. Poin 3 sudah berkenaan dengan perubahan paradigma, dimana teknologi pembelajaran hanya memfasilitasi pembelajaran – artinya faktor-faktor lain dianggap sudah ada. Poin 4, definisi 2004 sudah lebih luas karena yang dikelola bukan hanya semata proses dan sumber belajar, tetapi lebih jauh sudah mencakup proses dan sumber daya teknologi.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa definisi 2004 sudah mencakup aspek etika dalam profesi , peran sebagai fasilitator, dan pemanfaatan proses dan sumber daya teknologi.
 

PEMBELAJARAN EFEKTIF

SILAHKAN DOWNLOAD DISINI
http://www.4shared.com/document/UHQpOFtZ/Pembelajaran_Efektif.html

tes penguasaan TIK


faktor yg mendorong pada masa awal di manfaatkannya TIK d indonesia

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, baik dari segi jumlah penduduk, luas wilayah, kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki. Namun, kebesaran ini juga membawa beberapa tantangan di dalam mengelola seluruh sumberdaya yang ada dan untuk membawa negara ini semakin maju. Salah satu contoh tantangan adalah kondisi geografis negara Indonesia yang membentang dari Barat ke Timur, yang terdiri atas 14.000 pulau besar dan kecil serta diselingi dengan laut dan selat. Kondisi ini pasti menyulitkan pelaksanaan beberapa program pemerintah yang membutuhkan kecepatan dan keluasan. Salah satu program utama yang mengalami tantangan ini adalah dunia pendidikan.
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya feedback yang seketika. Siaran bersifat searah yaitu dari narasumber atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama.
FAKTOR PENDUKUNG TIK
Sejarah Peradaban Manusia mencatat bahwa 50 tahun terakhir peran teknologi informasi dankomunikasi telah menjadi bagian utama penentu gerak peradaban umat manusia.
Untuk mendukung kemajuan TIK, ada dua faktor pendukung: infrastruktur dan sumber daya manusia. Dalam hal infrastruktur, yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai akses dan biayanya. Dalam hal akses, perlu diperluas jangkauan telekomunikasi dasar. Sebab untuk kawasan seluruh masyarakat Indonesia,penetrasi telekomunikasi dasar termasuk yang terendah. Untuk pemasyarakatan akses, maka biaya akses tersebut juga harus dipermurah. Sebab jika tidak, maka yang bisa memanfaatkan layanan TIK hanyalah yang dapat membayar mahal biaya akses tersebut.seluruh masyarakat indonesia harus mengenal TIK.
Kemajuan dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai bidang kehidupan menjadikan konsep jarak geografis menjadi tidak penting bagi mereka yang memiliki akses terhadap TIK. Siapapun yang terhubung dengan TIK dapat mengakses informasi yang berada di manapun dan berkomunikasi dengan siapapun di manapun dia berada dengan menggunakan internet. TIK mendorong perubahan mendasar dalam kehidupan sehari-hari manusia, termasuk dalam kegiatan belajar dan mengajar (Suparman dan Zuhairi, 2004: 9).
pemanfaatan TIK sudah dilakukan dengan persiapan yg matang
Beberapa hal yang penting dalam rencana strategis ini adalah agar dapat mengantisipasi peluang dan tantangan baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Di antaranya adalah merubah paradigma semua civitas akademik dengan cara memberikan wawasan dan keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga manfaat penerapan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi ini akan lebih berarti dalam menunjang proses pembelajaran, yang akhirnya akan membentuk pribadi lulusan perguruan tinggi yang berwawasan internasional.
Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.
 usaha pengembangan untuk pemanfaatan TIK di Indonesia sudah optimal kah?
Menurut kami belum optimal sebab masih adanya keterbatasan kualitas dari sumber daya manusia di Indonesia. Hal ini di perkuat dengan pernyataan sebagai berikut: menurut Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengakui bahwa bangsa Indonesia masih belum mampu menggunakan secara maksimal Teknologi Informasi Komunikasi (TIK); walaupun teknologi tersebut telah tersedia.
Jusuf Kalla mencontohkan tidak optimalnya penggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut, seperti di DPR dan saat perhitungan suara pemilu. Dikatakannya bahwa di gedung DPR, telah dilengkapi dengan alat pemungutan suara yang sebenarnya canggih namun, tidak pernah digunakan sama sekali.Anggota DPR lebih suka angkat tangan atau berdiri saat vooting agar dilihat banyak orang. Selain itu, teknologi canggih yang belum digunakan secara maksimal adalah dalam pemilu, dimana penghitungan secara elektronik masih terkalahkan, dengan perhitungan manual. Menurut Kalla, faktor penting yang terkait dengan aplikasi teknologi maju di bidang informasi dan komunikasi tersebut, sebenarnya lebih pada rasa percaya terhadap teknologi itu, sendiri.
Tanpa itu  akan sulit teknologi informasi dan komunikasi memback-up kemajuan bangsa. Sementara itu, dalam acara yang bertema "Marketing Indonesia 3,0 dari Perspektif Teknologi Informasi dan Komunikasi, Presiden Asosiasi Marketing Dunia Hermawan Kertajaya mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya bisa bersaing dengan negara lain jika mampu mengadopsi konsep QCD. QCD yakni, (quality, cost, delivery) yakni mampu menghasilkan produk maupun jasa yang berkualitas dengan biaya yang sangat efesien atau murah, dan pengirimannya yang on time (tepat waktu) atau riil time.
Sementara itu, Kotler dalam pemaparannya tentang marketing bangsa menegaskan bahwa integrasi keterpaduan merupakan kata kunci dalam memasarkan suatu negara. "Setiap negara, membutuhkan pertolongan marketing," ujarnya. Dan terkait dengan hal tersebut, menurut Kotler, ada sejumlah elemen marketing yang perlu dilakukan di antaranya, menonjolkan ciri khas suatu bangsa, hingga merumuskan slogan yang mampu menarik perhatian.
Harus jujur kita akui, bahwa standar sumber daya manusia yang telah ditetapkan oleh Human Development Index  (HDI) belum mampu kita capai. Sebab standar pendidikan dan pembelajaran yang sedang kita kelola masih banyak yang terkooptasi zaman feodal dan terbelenggu pada cara-cara tradisional dan konvensional, Sementara itu, tuntutan jaman telah mengalami lompatan kompetensi pendidikan berskala global. Dampak dari hal ini adalah stimulus dan respon peserta didik terhadap pembentukan kompetensi peserta didik belum optimal, karena kompetensi pendidikpun belum memenuhi standar profesional yang diharapkan. Keadaan yang tergambarkan ini bukan hal baru, tetapi sudah terpola melalui kebijakan politik pemerintahan sejak jaman Orde Lama, Orde Baru bahkan di Orde Reformasi ini. Pendidikan kita (baca: Indonesia) masih mementingkan pendidikan yang bersifat dan berideologi materialisme-kapitalisme. Ideologi pendidikan yang demikian ini memang secara teoritis tidak nampak, akan tetapi secara praktis merupakan realitas yang tidak dapat dibantah lagi.

yg perlu dilakukan untuk pendidikan:
·         Mengembangkan kolaborasi antara industri TIK dan lembaga pendidikan ICT melalui pelatihan dan kerjasama R & D, dan menemukan jaringan untuk keterampilan dan pengembangan kapasitas
·         Mengembangkan dan melaksanakan Kurikulum ICT
·         Gunakan TIK sebagai bagian penting dari kurikulum dan alat pembelajaran dalam sekolah / universitas dan pusat-pusat pelatihan.
·         Menetapkan program jarak jauh pendidikan termasuk partisipasi dalam Global Development Learning and other networks Pengembangan Belajar dan jaringan lain
·         Memfasilitasi penggunaan internet untuk pengajaran dan pembelajaran yang lebih efisien.

Dari rencana aksi kita dapat melihat bahwa penekanan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan ini terutama diarahkan pada penyediaan dan perluasan pendidikan  sumber daya manusia di bidang ICT.  Selain itu, pemanfaatan ICT untuk pendidikan dan
tujuan belajar, sebagai upaya untuk mengisi kesenjangan digital, yang pada gilirannya diharapkan dapat untuk meningkatkan daya saing nasional untuk menghidupkan kembali perekonomian emphase lain.



Di dapat dari berbagai sumber :
Top of Form





Tes Penguasaan :
1.      Carilah satu kebijakan TIK, Khususnya di bidang pendidikan. Sebutkan (di kutip)
2.      Apa dampak kebijakan tersebut pada pendidikan. Apakah memecahkan masalah tertentu (solusi yang jitu) ?
3.      Dari berbagai contoh strategi pengembangan TIK di Indonesia. Stategi manakah yang cocok untuk Indonesia menurut anda ?
Jawab                  :
1.      UU No. 20 Th 2003 tentang SISDIKNAS
Pasal 35 ayat 1
“ Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang di perlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ”.

Pasal 40
“ Pendidikan dan tenaga kependidikan berhak memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas ”.

Kebijakan di atas adalah kebijakan TIK khususnya di bidang pendidikan.

2.      Secara tidak langsung maka sekolah – sekolah di tuntut untuk menguasai TIK. Dengan adanya hal itu maka pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan fasilitas tersebut. Dengan adanya kebijakan UU No. 20 Th 2003 pasal 35 ayat 1 dan pasal 40 menimbulkan metode pembelajaran baru. Salah satunya adalah e-learning (elektronik learning). Banyak yang berpendapat bahwa e-learning membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan efesien. E-learning bisa membuat sistem belajar jarak jauh dengan menggunakan online learning. Sehingga waktu dan jarak menjadi bukan hambatan lagi. Tapi, di karenakan fasilitas akan akses internet belum merata sampai pelosok – pelosok daerah maka penerapan online learning tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Terlebih lagi pemahaman masyarakat akan E-learning terbatas hal itu membuat e-learning menjadi tidak efesien di beberapa daerah. Banyak yang berpendapat bahwa e-learning hanya berfokus pada online learning sehingga e-learning hanya bisa di lakukan jika ada akses internet. Seperti beberapa pendapat yang saya kutip dari http://e-dufiesta.blogspot.com/2008/06/pengertian-e-learning.html

E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya”.

“Jaya Kumar C. Koran (2002) e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan”.

Padahal e-learning dapat di lakukan dengan berbagai media elektronik seperti : Televisi, radio, Handphone, VCD, DVD dan lain – lain. Dengan kata lain kebijakan UU No. 20 Th 2003 tentang SISDIKNAS memecahkan masalah belajar jarak jauh. Tapi karena keterbatasan akan fasilitas maka aplikasinya pada dunia pendidikan tidak maksimal.

3.      Menurut kami strategi pembelajaran yang cocok adalah strategi pengembangan yang di ungkapkan oleh Intel Indonesia.

·         Classmate PC : Pelatihan profesional guru untuk pembelajaran TIK.
·         Intel Teach      : Menyediakan konten kurikulum lokal, kerjasama dengan industri lokal untuk koneksi internet, donasikan 100.000 komputer untuk 2000 sekolah, pelatihan 10 juta guru pada tahun 2012.

Strategi di atas bertujuan membentuk sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang memadai untuk pembelajaran TIK. Sebab fasilitas yang memadai tidaklah cukup untuk membuat pembelajaran TIK menjadi lebih baik. Hal tersebut harus di dukung pula dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan baik di bidang tersebut. Fasilitas yang lengkap tanpa ada yang bisa menggunakannya adalah sesuatu yang sia – sia. Melihat kualitas sumber daya manusia di indonesia yang sebagian besar masih belum mengusai TIK. Pelatihan profesional guru untuk pembelajaran TIK pastilah sangat di butuhkan. Dengan adanya fasilitas dan sumber daya manusia yang memadai maka diharapkan akan tercipta sebuah pembelajaran TIK yang baik.  



test penguasaan

1.)             Tuliskan 2 bentuk partisipasi masyarakat dengan digunakannya TIK dalam Pendidikan !           
  • Peran  serta  atau  partisipasi  masyarakat  dalam  pendidikan  sebagaimana diamanahkan dalam UU No. 20 tahun 2003, memiliki hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Adapun kewajibannya adalah memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Lebih lanjut partisipasi masyarakat dalam pendidikan bisa meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Keikutsertaan masyarakat ini dapat diwujudkan dalam bentuk Komite Sekolah atau Dewan Pendidikan.
  • Jadi dengan adanya penggunaan TIK, maka masyarakat memiliki peran sebagai pendukung dan pengawas akan penggunaan teknologi informasi komunikasi di pendidikan
2.)             Kemukakan 2 masalah pendidikan di indonesia yang dapat dipecahkan dengan pemanfaatan TIK( Jelaskan secara singkat)
  • 1. kecacatan "belajar mengajar KONVENSIONAL" yang mengandalkan tatap muka antar guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada  dunia pendidikan. seharusnya sistem konvensional sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia e-learning internet. Sehingga pendidikan menjadi sesuatu yang mudah di dapat dan menyenangkan bagi semua orang.
  • 2. kondisi geografis Indonesia, dengan sekian banyak pulau yang terpencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali tidak bersahabat. TIK sangat mampu di andalkan agar menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi nusantara, sebab TIK mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya yang tidak terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Selain itu dengan adanya penggunaan Internet maka akses untuk mendapatkan suatu informasi akan semakin mudah. Sehingga wawasan akan dunia luar akan semain bertambah.

3.)             Berikan 2 alasan mengapa kita perlu memahami dan memanfaatkan potensi TIK? 
  • 1. Karena melalui pemanfaatan TIK, siapa saja dapat memperoleh pelayanan pendidikan dari institusi pendidikan mana saja, dimana saja dan kapan saja dikehendakinya. Tanpa adanya hambatan jarak dan waktu. Selain itu pemahaman dan pemanfaatan potensi TIK sangat di butuhkan untuk menghadapi era Globalisasi yang tengah berjalan ini. Dimana kita di tuntut untuk cepat, kreatif, dan inovatif
  • 2. Secara khusus, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dipercaya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, mengembangkan keterampilan TI(IT dan skills) yang diperlukan oleh masyarakat dan dalam kehidupannya nanti, sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhannya akan informasi.





TES PENGUASAAN
1.      Sebut dan jelaskan salah satu aplikasi komputer dalam pembelajaran, berikan contohnya !
2.      Apa yang di maksud dengan e-learning ?
3.      Jelaskan perbedaan antara komunikasi sycnhronous dan asynchronous  ?
4.     Berikan salah satu contoh kongkrit pemanfaatan e-learning untuk belajar ?
JAWABAN :
1.       Salah satu aplikasi itu adalah VuStat. VuStat merupakan program yang berkemampuan tinggi dalam mengilustrasikan konsep statistika. Secara umum, software VuSoft sangat menarik, sehingga jika digunakan untuk pembelajaran matematika dan statistika akan dapat mengurangi kejenuhan siswa. Hal ini dikarenakan banyak visualisasi dalam software tersebut yang interaktif dan sangat menarik. VuSoft sebagai software untuk pembelajaran matematika dan pemrosesan data statistika. Lingkup aplikasi software tersebut meliputi Graphics Calculus, VuStat, Showmap, Mindmap dan Student Guide. Menurut Andrew de Moor dan Beau Huizenga dari amsterdam university VuStat merupakan aplikasi yang menarik dan dapat mempermudah dalam mengerjakan konsep statistika. (http://www.ut.ac.id/indeks-berita-ut/248-seminar-pemanfaatan-aplikasi-komputer-untuk-pembelajaran-matematika-dan-pemrosesan-data-statistika.html)

2. Pengertian E-learning

E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
·         Jaya Kumar C. Koran (2002)
e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
·         Dong (dalam Kamarga, 2002)
e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat
elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
·         Rosenberg (2001)
menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
·         Darin E. Hartley [Hartley, 2001]
eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
·         LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001]
eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.

E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
3. Synchronous
proses pengirim dan penerima diatur sedemikian rupa sehingga memiliki pengaturan yang sama, sehingga dapat diterima dan dikirim denan baik. umumnya pengaturan ini didasarkan pada waktu dalam mengirimkan sinyal.  waktu ini diatur oleh denyut listrik secara periodik yang disebut clock . dengan kata lain synchronous adalah sistem operasi untuk kejadian yang terjadi pada waktu bersamaan, berkelanjutan dan dapat diprediksi. contoh: chating
Asynchronous
proses komunikasi data yang tidak tergantung dengan waktu yang tetap. proses transformasi data kecepatanya. cukup relatif dan tidak tetap. metode komunikasi serial dari satu perangkat ke perangkat lainnya. data dikirimkan perbit persatuan waktu. tiap simbol yang dikirimkan mempunyai start bit dan stop bit, untuk melakukan sinkronisasi dari suatu device pengirim dan penerima. interval yang terjadi antar satu karakter dengan karakter lainnya dapat bervariasi.  asynchronous merupakan operasi yang tidak bergantung waktu
Asynchronous sering disebut juga sebagai Asynchronous Transfer Mode (ATM). mode ini paling sering digunakan dalam mengirimkan dan menerima data antar 2 alat.  pada mode ini berarti clock yang digunakan oleh kedua alat tidak bekerja selaras satu dengan yang lainnya.  dengan demnikian data harus berisikan informasi tambahan yang mengijinkan kedua lata kapan menyetujui kapan pengiriman alat dilakukan. contoh: modem, mesin fax, TCP/IP, mail, buletin board, dll.
Maka dapat di simpulkan bahwa perbedaan sycnhronous dan asynchronous adalah pada sycnhronous, komunikasi dapat terjadi secara cepat karena pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan di balas lansung oleh sang penerima pesan. Contohnya saat kita melakukan chatting, sedangkan pada asynchronous komunikasi berjalan lambat sebab ketika sang pengirim pesan mengirimkan sebuah pesan pihak penerima pesan terkadang tidak dapat membalasnya langsung. Contohnya ketika kita mengirimkan sebuah E-mail (elektronik mail).   
5.      Contoh kongkritnya adalah dengan adanya pengunaan web-bali pada matakuliah disain pembelajaran dan www.ilmupendidikan .net pada mata kuliah pengantar kurikulum di UNJ FIP TP. Dua hal di atas merupakan hal kongkrit dalam pemanfaatan e-learing yaitu online learning, karena online learning merupakan bagian dari e-learning. Kedua hal di atas menggunakan jaringan internet sehingga mahasiswa dapat melakukan kuliah jarak jauh. Tanpa harus bertemu dengan dosen di kampus.
Sumber referensi :
http://upikhardiyanti.wordpress.com/2010/03/02/contoh-synchronous-dan-asynchronous/

  
Tes Penguasaan

  1. Tuliskan pendapat anda tentang  dapat tidaknya kita menghalangi dampak globalisasi ?
  2. Tuliskan 3 hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak negatif globalisasi ?
  3. Tuliskan secara singkat 3 wujud teknologi komunikasi yang anda anggap sangat berpengaruh dalam memicu terjadinya globalisasi !


Jawab :

  1. Menurut kami menghalangi dampak dari globalisasi adalah sesuatu yang mungkin saja bisa di lakukan, tetapi kita ketahui bahwa globalisasi memiliki dua dampak yaitu positif dan negatif. Jika kita menghalangi dua dampak tersebut maka kita tidak akan bisa mendapatkan sesuatu yang positif dari globalisasi. Dampak negatif dari globalisasi memang dapat mengakibatkan hilangnya jadi diri suatu bangsa dan negara, seperti masuknya berbagai budaya asing  yang tidak sesuai dengan ciri khas negara Indonesia. Maka yang harus kita lakukan adalah berusaha menghalangi dampak negatif dan mengambil dampak positif dari globalisasi. Karena dengan adanya globalisasi maka pengetahuan akan ekonomi,sosial, politik dan teknologi akan semakin berkembang. Globalisasi bukan merupakan sesuatu yang mesti kita takutkan, globalisasi dapat menjadi faktor pendorong majunya suatu negara jika di sikapi dengan baik dan bijaksana.


  1. 1.)Membentengi diri dengan sifat cinta tanah air.
Dengan adanya hal ini maka masyarakat akan terlindung dari budaya yang 
            tidak sesuai dengan bangsa dan negaranya.
            2.)Memahami segala sesuatu yang di bawa globalisasi.
Dengan memahami maka kita akan mengetahui apa yang baik dan apa yang
           Buruk. Sehingga, kita tidak akan salah dalam menyikapi globalisasi.
            3.)Dalam peningkatan SDM selain peningkatan wawasan dan keterampilan 
           perlu dilakukan pengembangan kepribadian melalui :
·         Penangkalan terhadap kekuatan negatif (kesenangan berlebihan, konsumtif, mentalitas by-pass, dan instant)
·         Proses keteladanan
·         Perluasan penggunaan iptek dan keterampilan.
·         Peningkatan kehidupanreligius seseorang.
·         Memamfaatkan globalisasi untuk pembangunan melalui kebijakan
                        ekonomi, pengembangan institusi serta penyesuaian nilai etika.
·         Memiliki wawasan global dengan cara tidak menerapkannya secara
tidak menerapkannya secara berlebihan ( gaya hidup).

  1. 1.) Handphone / Ponsel
Ponsel, Realitas Baru dalam Sistem Teknologi Komunikasi yang meninggalkan Dampak Negatif Bagi Pemakainya. Salah satu fasilitas yang ada di handphone adalah ” Pesan Singkat ” . Pesan singkat  tersebut adalah yang biasa kita sebut dengan Short Message Service (SMS). Ini adalah salah satu perkembangan dari teknologi komunikasi yang paling aktual lima tahun terakhir. Dengan hadirnya perkembangan teknologi ini maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia dalam melakukan komunikasi tidak lagi hanya memakai saluran komunikasi  massa (media cetak dan elektronik), tatap muka (interpersonal communication) ataupun bentuk komunikasi lain yang selama ini kita kenal. Kehadiran Hand Phone atau ponsel yang hampir merata di seluruh penjuru negeri Indonesia telah membentuk aktivitas komunikasi tersendiri. Dengan kata lain revolusi dalam berkomunikasi di Indonesia sudah memasuki tahap baru dengan kehadiran Hand Phone (HP). Dari seabrek keuntungan yang diberikan oleh teknologi komunikasi berupa Hand Phone/ ponsel, ternyata terselip banyak sekali kerugian yang membawa dampak buruk terhadap perkembangan psikologis seseorang, terhadap kesehatan dan juga membuat aksi kejahatan serta praktik bisnis illegal semakin marak terjadi. Berikut saya ulas dampak negative dari penggunaan telepon seluler atau Hand Phone. 

2. ) Radio
Walaupun radio merupakan teknologi komunikasi yang paling lama ada sebelum internet dan Hanphone, keberadaan radio tidaklah bisa kita kesampingkan. Karena dengan adanya radio maka manusia terus berkembang untuk membuat teknologi komunikasi yang lebih baik. Coba bayangkan bila radio tidak tercipta, apakah mungkin manusia akan berpikir untuk membuat Handphone atau Bahkan Internet. Radio memiliki keunikan karena dia hanya menghasilkan suara. Dalam dunia periklanan radio sering pula di gunakan sebab sebuah iklan yang di buat di radio akan menimbulkan imaginasi kepada para pendengar. Pendengar akan menerka bagaimana keadaan atau kejadian yang terjadi dari apa yang di dengarnya.

3. ) Internet
Internet merupakan teknologi komunikasi yang paling banyak di gunakan pada saat sekarang ini. Berita bisa di dapat dalam hitungan menit bahkan detik. Internet dapat menghubungkan computer di berbagai belahan dunia.
Sehingga orang – orang dapat melakukan komunikasi tanpa hambatan jarak dan waktu. Berbagai website dan blog menyediakan berbagai informasi dan hiburan untuk di nikmati oleh jutaan manusia di dunia. Berbagai manfaat bisa kita dapatkan seperti : bertambahnya wawasan terhadap dunia luar, membuka sebuah bisnis, mendapatkan hiburan (music, video, film) dll. Namun internet juga memiliki banyak dampak negatif contohnya : makin maraknya pornografi, timbulnya cyber crime, pembajakan dll. Maka dengan demikian kita harus bijaksana dalam menggunakan suatu teknologi. Karena suatu teknologi di buat dengan tujuan untuk mempermudah atau membantu pekerjaan manusia.

  

Top of Form